Sebelumnya kita sudah mengenal dan membahas
Teknik Manajemen Waktu Berdasarkan Delegasi. Selanjutnya kita akan membahas teknik administrasi waktu lainnya yakni Teknik Manajemen Waktu Berdasarkan Asertif.
Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.
Dalam bersikap asertif, seseorang dituntuk untuk jujur terhadap dirinya dan juru pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya.
Terdapat beberapa teknik administrasi asertif yang berkhasiat dalam menanggapi situasi yang cenderung menjadi konflik.
1. Memberikan Umpan Balik
Membiarkan orang lain tahu bagaimana kita merespon sikap mereka sanggup membatu menghindari kesalahpahaman dan membantu menuntaskan konflik yang tidak sanggup dihindari dalam suatu hubungan. Ketika kita menentukan untuk memberikan umpan balik negatif kepada orang lain, gunakan teknik komunikasi yang tidak terkesan mengancam. Kriteria untuk umpan balik yang bermanfaat yaitu sebagai berikut:
- Difokuskan pada sikap seseorang bukan kepribadiannya.
- Bersifat deskriptif bukan evaluatif.
- Fokus pada reaksi kita sendiri bukan maksud orang lain.
- Bersifat spesifik bukan umum.
- Difokuskan pada penyelesaian masalah.
- Umpan balik disampaikan secara pribadi.
2. Meminta Umpan Balik dari Orang Lain
Kita perlu berlatih menunjukkan umpan balik dengan cara yang tepat. Pada ketika bersamaan kita juga perlu mengundang umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal kita. Kemampuan kita untuk mendengar kritik atau saran tanpa sikap defensif atau marah, mengakui ketika kita berbuat kesalahan, dan mendorong orang lain untuk menunjukkan umpan balik kepada kita.
Mereka juga membantu kita untuk mengidentifikasi bidang-bidang pada praktik profesional kita yang mungkin perlu perbaikan dan membantu meningkatkan kekerabatan yang lebih baik dengan orang lain.
3. Menentukan Batasan
Bertindak asertif dalam menentukan batasan berarti mengambil tanggungjawab untuk keputusan yang diambil, bagaimana menghabiskan sumber daya pribadi tanpa merasa murka kepada orang lain yang mengajukan undangan tersebut.
Ketika menghadapi sebuah permintaan, langkah pertama yaitu menentukan seberapa jauh kita mau memenuhi undangan tersebut. Jika perlu waktu untuk mengambil keputusan, menunda keputusan yaitu tindakan yang sempurna asalkan kita kembali ke orang tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
4. Membuat Permintaan
Meminta sesuatu yang diinginkan dari orang lain secara eksklusif juga dibutuhkan pada kekerabatan yang sehat. Jika kita berada pada posisi manajemen, menyatakan keinginannya dengan terang dari orang lain yaitu suatu potongan penting untuk mencapai tujuan organisasi.
Pada kekerabatan yang sederajat, menciptakan undangan menyerupai meminta pertolongan, yaitu suatu potongan penting dari komunikasi yang jujur. Kita harus percaya bahwa orang lain akan meresponnya secara asertif, termasuk berkata "tidak". Kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika seseorang menolak undangan kita dengan cara yang asertif.
5. Berlaku Persisten
Salah satu aspek penting dalam sikap asertif yaitu persisten untuk menjamin bahwa hak-hak anda dihargai. Sering ketika kita telah menentukan batasan atau telah berkata "tidak", kemudian orang-orang disekitar kita akan membujuk untuk mengubah pikiran.
Jika kita mengulangi pernyataan keputusan itu dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa menjadi berangasan dan tanpa menyerah. Respon, mengulangi pernyataan keputusan dengan santai, sering disebut respon "kaset rusak" (Smith, 1975).
6. Membingkai Kembali
Menurut Kaufman, bingkai yaitu jalan pintas kognitif yang dipakai orang untuk menciptakan suatu gosip yang kompleks menjadi masuk akal. Teknik pembingkaian kembali juga termasuk:
- Fokus membangun komunikasi yang efektif untuk suatu kelompok tujuan yang terbatas.
- menguji validitas/keabsahan perspektif orang lain.
- Menentukan kesamaan pandangan/tujuan. Mencari hal-hal yang sama-sama disetujui dan fokus pada hasil yang diinginkan dengan perspektif jangka panjang.
- Mengenali kesempatan untuk mencari solusi-solusi yang belum dieksplirasi/difikirkan lebih mendalam.
- Mengenali perbedaan yang tidak bisa dijembatani dan pada ketika yang bersamaan mencari tindakan yang masih bisa diambil untuk mengurangi konflik.
7. Mengabaikan Provokasi
Konflik interpersonal sanggup memunculkan banyak sekali metode untuk "menang" dengan cara menghina atau mengintimidasi orang lain. Misalnya, pasien yang murka atau putusa asa mungkin menyerang dengan serangan personal.
Farmasis yang merasa dikritik secara tidak adil mungkin merespon dengan sikap berangasan atau sarkastik. Konflik interpersonal antara profesional di bidang kesehatan sering ditandai dengan kudeta dan otonomi.
Abaikan komentar yang bersifat mencela dan tetap fokus pada penyelesaian problem sanggup menjaga konflik semoga tidak meningkat kearah yang sanggup merusak hubungan.
8. Merespon Kritik
Bagi sebagian orang, kritik benar-benar sanggup menciptakan diri hancur sebab kita biasanya memegang dua keyakinan irasional yang umumnya sebagai berikut:
- Bahwa kita harus disayangi atau diakui oleh semua orang yang kita kenal
- Bahwa kita harus benar-benar kompeten melaksanakan segala hal tanpa kesalahan.
Pada beberapa perkara kita mungkin ingin membalas dendam dengan melaksanakan serangan balik terhadap orang yang menunjukkan kritik. Cara satu-satunya meniadakan perasaan itu dan untuk memulai mengatasi kritik dengan layak yaitu dengan menantang kepercayaan irasional yang mendasarinya yang menjadikan kita takut tidak diakui oleh orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar